Selasa, 29 Maret 2011

STRATEGI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDDONESIA DIMASA YANG AKAN DATANG

Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah hampir 2 juta km2 dan berpenduduk lebih 206 juta jiwa pada tahun 2000, memiliki potensi sumberdaya alam baik di laut dan di darat yang sangat besar. Di laut, Indonesia memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan seluas 2,9 juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain itu
Indonesia juga mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis pangkal). Di darat, memiliki lahan kehutanan 113 juta ha, lahan sawah produktif 9,9 juta ha, lahan perkebunan produktif 15,5 juta, 60 cekungan prospektif sumber mineral dan migas.
Secara sederhana, pembangunan ekonomi dapat dipahami sebagai upaya melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh membaiknya faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalah kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Lebih lanjut, wujud dari membaiknya ekonomi suatu wilayah diperlihatkan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat, investasi swasta, investasi publik, ekspor dan impor yang dihasilkan oleh suatu negara. Secara mudah, perekonomian wilayah yang meningkat dapat diindikasikan dengan meningkatnya pergerakan barang dan masyarakat antar wilayah.
Tantangan pembangunan Indonesia ke depan sangat berat dan berbeda dengan
yang sebelumnya. Paling tidak ada 4 tantangan yang dihadapi
Indonesia, yaitu:
1. Otonomi daerah,
2. Pergeseran orientasi pembangunan sebagai negara maritim,
3. Ancaman dan sekaligus peluang globalisasi, serta
4. Kondisi objektif akibat krisis ekonomi.
Pertama, Undang-undang No. 22 tahun 1999 secara tegas meletakkan otonomi daerah di daerah kabupaten/kota. Hal ini berarti telah terjadi penguatan yang nyata dan legal terhadap kabupaten/kota dalam menetapkan arah dan target pembangunannya sendiri. Di satu sisi, penguatan ini sangat penting karena secara langsung permasalahaan yang dirasakan masyarakat di kabupaten/kota langsung diupayakan diselesaikan melalui mekanisme yang ada di kabupaten/kota tersebut. Tetapi, di sisi lain, otonomi ini justru menciptakan ego daerah yang lebih besar dan bahkan telah menciptakan konflik antar daerah yang bertetangga dan ancaman terhadap kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedua, reorientasi pembangunan Indonesia ke depan adalah keunggulan sebagai negara maritim. Wilayah kelautan dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Ketiga, ancaman dan peluang dari globalisasi ekonomi terhadap Indonesia yang terutama diindikasikan dengan hilangnya batas-batas negara dalam suatu proses ekonomi global. Proses ekonomi global cenderung melibatkan banyak negara sesuai dengan keunggulan kompetitifnya seperti sumberdaya manusia, sumberdaya buatan/infrastruktur, penguasaan teknologi, inovasi proses produksi dan produk, kebijakan pemerintah, keamanan, ketersediaan modal, jaringan bisnis global, kemampuan dalam pemasaran dan distribusi global.
Terakhir, kondisi objektif akibat krisis ekonomi (jatuhnya kinerja makro ekonomi menjadi –13% dan kurs rupiah yang terkontraksi sebesar 5-6 kali lipat) dan multi dimensi yang dialami Indonesia telah menyebabkan tingginya angka penduduk miskin menjadi 49,5 juta atau 24,2% dari total penduduk Indonesia pada tahun 1997/1998 dan mulai membaik pada tahun 1999 menjadi 23,4% atau 47,97 juta jiwa. Di sisi lain, krisis ekonomi ini menjadi pemacu krisis multidimensi, seperti krisis sosial, dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.

http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/Men_%20101203,Makalah.pdf

PETA PEREKONOMIAN INDONESIA DI PULAU BAGIAN IRIAN JAYA KOTA SORONG

Letak geografis Kota Sorong
  
Kondisi Umum
Kawasan Abun di Kabupaten Sorong memiliki keunikan biofisik serta keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantara keunikan yang dimiliki kawasan ini adalah fungsinya sebagai tempat peneluran penyu belimbing (Dermochelys coreaceae) dengan tingkat populasi betina bertelur terbesar di dunia. Berdasarkan keunikan yang dimilikinya, kawasan ini ditetapkan sebagai KKLD berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sorong No. 142 tahun 2005.

Letak Geografis
Secara geografis, KKLD Abun terletak pada posisi 0°17’22” - 0°21’44” LS dan 132o20’56”-132o37’11”, memiliki luas wilayah sekitar 26.795,53 Ha. Sementara secara administratif, KKLD Abun berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, sebelah selatan Distrik Yembun, Fef dan Miyah, sebelah timur Saukorem dan Amberbaken, dan sebelah barat Distrik Moraid.

Aksesibilitas
KKLD Abun memiliki aksesibilitas relatif mudah dijangkau melalui laut dibanding melalui darat ataupun udara. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kapal perintis, motor tempel (longboat) dan speedboat.
Dari kota Sorong, KKLD Abun dapat dicapai dalam waktu sekitar 8 jam dengan menggunakan speed boat. Satu-satunya kapal perintis yang rutin melayani di kawasan ini adalah KM Meranti, dengan jadwal 4-6 hari sekali.
Dalam beberapa waktu ke depan, KKLD Abun akan dapat dicapai dengan menggunakan jalan darat, karena saat ini sedang dibangun jalan darat yang menghubungkan Kota Sorong dengan Manokwari. Sehingga untuk mencapai Abun dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

Iklim
Bagian utara Kabupaten Sorong dimana KKLD Abun terletak, beriklim tropis yang lembab dan panas. Rata-rata curah hujan per tahun berkisar 1.500-2.500 mm. Puncak musim hujan terjadi saat angin barat laut bertiup yakni pada bulan Oktober-Maret. Suhu dan kelembaban udara cenderung stabil, berkisar antara 29o – 32oC dan 75-80%.

Kondisi Perairan
Daerah perairan di sekitar kawasan KKLD memiliki kedalaman antara 7000-9000 meter, hal ini dimungkinkan karena kawasan ini berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.    Kecepatan arus 1 meter/detik.  Salinitas berkisar antara 34,2-34,4‰, dengan rata-rata 32‰.  Temperatur permukaan berkisar antara 29o-30 oC

Kondisi Ekosistem Perairan
Sepanjang pesisir pantai Kabupaten Sorong merupakan tipe vegetasi hutan pantai, namun tidak terdapat hutan bakau (mangrove). Vegetasi didominasi oleh jenis-jenis pandan laut, ketapang, batatas laut, bakung laut, waru laut, dan putat laut. Vegetasi ini sangat baik untuk meneduhi kawasan pantai peneluran penyu, khusunya jenis penyu hijau dan penyu sisik. Adapun jenis penyu yang biasa ditemukan di daerah distrik Abun adalah jenis Penyu Belimbing (Dermochelys coreacea), Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricate), Penyu lekang (Lepidochelys oliace).
Kondisi terumbu karang di Kabupaten Sorong masih tergolong cukup baik dengan persentase penutupan mencapai 60%, dengan luas hamparan karang diperkirakan 484.985 ha. Terumbu karang hanya dijumpai pada daerah di sekitar tubir, dan reef flatnya didominasi oleh karang papan. Pada beberapa daerah, terumbu karang hidup ditemukan pada kedalaman 15 m. Dikawasan ini ditemukan 8 jenis seagrass yang tergolong dalam 2 family, yakni Hydrocharitaceae dan Cymodoceae.

Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Jumlah penduduk Kabupaten Sorong tahun 2006 berdasarkna Sensus tahun 2000 mencapai 81.109 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk sekitar 28 jiwa /10 km2. Masyarakat yang mendiami kawasan ini didominasi oleh suku Abun yang merupakan salah satu suku asli di kepala burung Papua. Suku lain adalah suku Biak, Yapen,dan Timor. Sementara suku pendatang adalah Jawa, Sunda, Batak, Makassar, Buton dan lain sebagainya. Penduduk di kawasan ini adalah penganut agama Kristen Protestan.

Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama penduduk di kawasan ini adalah petani, sedangkan nelayan dan berburu hanya sebagai sampingan. Pola mata pencaharian demikian mencerminkan bahwa masyarakat di wilayah ini adalah masyarakat peladang dan peramu murni. Karena itu, untuk pengembangan dan pembinaan ekonomi masyarakat di wilayah ini diarahkan pada usaha-usaha pertanian terutama tanaman pangan dan perkebunan (usaha tani lahan kering). Sementara usaha-usaha nelayan, mungkin dapat dikembangkan baik usaha penangkapan maupun budidaya sesuai potensi wilayah terutama komoditas laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Jumlah nelayan pada tahun 2006 sebanyak 888 orang, sedangkan jumlah pembudidaya ikan sebanyak 552 orang. Adapun jumlah armada perikanan sebanyak 320 unit terdiri dari 256 perahu tanpa motor, 49 perahu motor tempel, 5 perahu motor dalam, dan 10 kapal motor. Alat tangkap ikan yang digunakan adalah pancing ulur, gill net, bagan perahu, bagan rakit, pancing tonda, trawl, pole and line, longline, sero dan bubu.

Potensi Perikanan
Kekayaan laut memang menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Sorong. Dengan potensi seperti itu, Kota Sorong kian dipadati dengan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. Mulai dari penangkapan udang, pengolahan ikan kaleng, ikan kayu, pengumpulan hasil perikanan, hingga penangkapan ikan tuna/cakalang. Produksi perikanan tangkap pada tahun 2006 sebesar 14.428 ton terdiri dari ikan pelagis (11.883 ton), ikan demersal (2.298 ton) dan ikan lainnya (2,75 ton). Sementara produksi perikanan budidaya pada tahun yang sama sebanyak 29,38 ton terdiri dari ikan nila (12,45 ton), ikan mas (5,65 ton), mujair (4,92 ton), gurame (3,81 ton) dan lele (2,75 ton).
akan tetapi di kawasan Abun, usaha penangkapan ikan masih merupakan usaha sampingan.  Alat tangkap yang digunakan masih sederhana, yakni kail dan perahu dayung sebagai pengangkutnya. Penangkapan ikan dan biota laut lainnya kadang dilakukan dengan menyelam menggunakan pemanah. Selain ikan, biota lain yang biasa ditangkap adalah lobster, teripang, dan bia
Adapan jenis ikan yang sering ditemukan di kawasan ini adalah ikan hiu/cucut, ikan pari, ikan kerapu, ikan kakap, ikan ekor kuning, ikan kuwe, ikan kurisi, dan satu jenis ikan yang sangat popular yakni ikan napoleon.

Pendekatan Konservasi
Suku Abun mempunyai kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya laut, terutama untuk biota seperti lobster, teripang dan bia. Lokasi penangkapan tradisional bagi masyarakat di kampung Werur, Werbes dan Hopmare adalah di Pulau Dua, yang berbatasan dengan Pulau Amsterdam di sebelah barat dan Pulau Midleberg di sebelah timur. Karena intensifnya pengambilan biota perairan di wilayah ini, maka pihak adat atau kepala kampung sering membatasi pengambilan hasil-hasil laut di sekitar pulau ini terutama bia dan teripang dengan memberlakukan sasi.
Kearifan lokal lainnya adalah larangan pembunuhan terhadap hewan-hewan tertentu, seperti burung ”Amdur” yaitu burung yang hidup di wilayah pegunungan yang sulit dijangkau. Burung-burung lain yang secara adat dilindungi dan tidak boleh dibunuh adalah burung Cenderawasih, Amdaru, Burung Kakatua, Kakatua Raja, Nuri, dan Mambruk.

Pariwisata
Objek wisata di Kabupaten Sorong tersebar di beberapa kawasan, namun secara keseluruhan mudah dijangkau dari pusat Kota Aimas (ibu kota Kabupaten Sorong) melalui darat dan laut.
Objek wisata unggulan di Kabupaten Sorong antara lain:
  • Wisata alam Pantai Katatop lengkap dengan gugusan Pulau Mangrove. Lokasi wisata itu terletak  sekitar 10 km dari Aimas atau sekitar 30 km dari pusat Kota Sorong. Di sini para wisatawan bisa menyaksikan gugusan pulau yang sangat indah dan ideal untuk rekreasi pantai.
  • Pulau Um. Pulau ini memiliki keindahan pantai yang landai. Di sekitar pantai itu hidup dan berkembang ribuan ekor kelelawar dan burung elang laut (sea hawk).
  • Main selancar angin cocok sekali dilakukan wisatawan di Pantai Walio, di Distrik Seget Selatan, sekitar 20 km dari pusat Kota Aimas. Atau, kurang lebih 40 km dari pusat Kota Sorong. Di kawasan pantai itu terdapat hamparan pasir putih yang panjangnya mencapai puluhan kilometer.
  • Sementara lokasi yang cocok untuk berselancar air, juga terdapat di Kampung Moraid, memanjang ke arah Kampung Dela. Di sepanjang pantai tersebut juga terdapat hamparan pasir putih yang indah untuk rekreasi pantai. Menyangkut wisata pantai, wisatawan juga bisa datang langsung ke Kampung Makbon, 30 km dari pusat Kota Aimas, atau sekitar 21 km dari pusat Kota Sorong. Pantai ini sangat indah dan panjang. Air lautnya bening, mirip benar dengan permandian di kolam buatan.
  • Sungai air panas terdapat di Kampung Klayili, Distrik Sayosa, 35 km dari Aimas, ibukota Kabupaten Sorong, atau 54 km dari pusat Kota Sorong. Lokasi ini dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
  • Objek wisata air terjun terletak di Kampung Klabot dan Kampung Clarion, Distrik Beraur/Wanurian, Kabupaten Sorong. Kawasan air terjun ini berjarak 3 km dari pusat ibu kota distrik (kecamatan). Air terjun ini dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kli dan Kalif Dail. Pegunungan itu memiliki pemandangan alam yang asri dan indah. Gugusan pegunungan ini berjarak 3 km dari pusat ibu kota Distrik Beraur.
  • Selain itu, Kabupaten Sorong juga memiliki sejumlah flora dan fauna yang dapat menarik wisatawan. Antara lain, habitat penyu belimbing (Dermochelys coriacea vandelli). Penyu tersebut terdapat di Kampung Yamursba Medi dan Wau Distrik Abun dan Sausafor, 20 km dari pusat Kota Sorong atau 30-an km dari Kota Aimas.
  • Batu Rumah, batu yang menyerupai bentuk rumah
  • Juga ada penyu jenis lain, seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretnochelis imbrikata), dan penyu lekang (Lepidochelis olivasia). Lokasinya dapat dicapai melalui darat dan laut.
  • Daya tarik wisata Kabupaten Sorong lainnya bisa dilihat dari sejumlah bentuk kupu-kupu yang hidup bebas di alam habibat asli burung cendrawasih, kakaktua, dan kanguru.
http://www.kp3k.kkp.go.id/kkji/index.php?option=com_content&view=article&id=82:kotasorong&catid=1:datakkp&Itemid=85

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar